Ryan_gesti@blogs.. sekarang kita akan membahas tentang apa yang sering kita lupakan yaitu bersyukur. apasih syukur itu nie ada bahasanya sedikit.
Syukur (Ar:asy-syukr = ucapan, perbuatan, dan sikap terima kasih atau al-hamd; pujian). Dalam ilmu tasawuf : ucapan, sikap dan perbuatan terima kasih kepada Allah SWT dan pengakuan yang tulus atas nikmat dan kurnia yang diberikan-Nya.
Syukur (Ar:asy-syukr = ucapan, perbuatan, dan sikap terima kasih atau al-hamd; pujian). Dalam ilmu tasawuf : ucapan, sikap dan perbuatan terima kasih kepada Allah SWT dan pengakuan yang tulus atas nikmat dan kurnia yang diberikan-Nya.
Nikmat yang diberikan Allah SWT kepada manusia sangat banyak dan bentuknya bermacam-macam. Setiap detik yang dilalui manusia dalam hidupnya tidak pernah lepas dari nikmat Allah SWT. Nikmatnya sangat besar dan banyak sehingga bagaimanapun juga manusia tidak akan menghitungnya (QS.16:18). Sejak manusia lahir ke dunia dalam keadaan tidak tahu apa-apa, kemudian diberi Allah pendengaran, penglihatan, dan hati
(QS.16:78) sampai meninggal dunia menghadap Allah SWT di akhirat kelak ia tidak akan lepas dari nikmat Allah SWT.
Secara garis besar nikmat itu dapat
dibahagi dua, yaitu (A) nikmat yang menjadi tujuan dan (B) nikmat yang menjadi
alat untuk mencapai tujuan. Nikmat dan tujuan utama (A) yang ingin dicapai oleh
umat Islam ialah kebahagian di akhirat. Adapun ciri-ciri nikmat ini adalah: (1)
kekal, (2) diliputi oleh kebahagian dan kesenangan, (3) sesuatu yang mungkin
dapat dicapai, dan (4) dapat memenuhi segala kebutuhan manusia.
Sedangkan nikmat yang kedua (B)
meliputi: (1) kebersihan jiwa dalam bentuk iman dan akhlak yang mulia;
(2)”kelebihan tubuh”, seperti kesihatan dan kekuatan; (3) hal-hal yang membawa
kesenangan jasmani, seperti harta, kekuasaan, dan keluarga; dan (4) hal-hal
yang membawa sifat-sifat keutamaan, seperti hidayat, petunjuk, pertolongan dan
lindungan Allah SWT.
Menurut Imam al-Ghazali, syukur merupakan salah satu makam (darjat/stage) yang paling tinggi dari sabar, khauf (takut) kepada Allah SWT, dan lain-lain. Adapun kesyukuran itu merupakan makam yang mulia dan pangkat yang tinggi sebagaimana firman Allah SWT yang bermaksud dalam surah al-Nahl:114, “Dan bersyukurlah nikmat Allah, jika kamu memang hanya menyembah kepada-Nya sahaja”.
Menurut Imam al-Ghazali, syukur merupakan salah satu makam (darjat/stage) yang paling tinggi dari sabar, khauf (takut) kepada Allah SWT, dan lain-lain. Adapun kesyukuran itu merupakan makam yang mulia dan pangkat yang tinggi sebagaimana firman Allah SWT yang bermaksud dalam surah al-Nahl:114, “Dan bersyukurlah nikmat Allah, jika kamu memang hanya menyembah kepada-Nya sahaja”.
Cara
bersyukur kepada Allah ada tiga:
- Bersyukur dengan hati, yaitu mengakui dan menyedari sepenuhnya bahawa segala nikmat yang diperolehi berasal dari Allah SWT dan tiada seseorang pun selain Allah SWT yang dapat memberikan nikmat itu;
- Bersyukur dengan lidah, yaitu mengucapkan secara jelas ungkapan rasa syukur itu dengan kalimah al-hamd li Allah (segala puji bagi Allah); dan
- Bersyukur dengan amal perbuatan, yaitu mengamalkan anggota tubuh untuk hal-hal yang baik dan memanfaatkan nikmat itu sesuai dengan ajaran agama.Yang dimaksud dengan mengamalkan anggota tubuh ialah menggunakan anggota tubuh itu untuk melakukan hal-hal yang positif dan diridai Allah SWT, sebagai perwujudan dari rasa syukur tersebut.
Misalnya,
jika seseorang memperolehi nikmat harta benda, maka ia mempergunakan harta itu
sesuai dengan jalan Allah SWT. Jika nikmat yang diperolehinya berupa ilmu
pengetahuan, ia akan memanfaatkan ilmu itu untuk keselamatan, kebahagian, dan
kesejahteraan manusia dan diajarkan ilmunya kepada orang lain; bukan
sebaliknya, ilmu yang diperolehi digunakan untuk membinasakan dan menghancurkan
kehidupan manusia. Wujud dari syukur kepada Allah SWT yang nyata ialah
melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala larangan Allah SWT.
Untuk
anggota tubuh, misalnya, Imam Ghazali menegaskan bahawa mensyukuri anggota
tubuh yang diberikan Allah SWT meliputi tujuh anggota yang penting, yaitu
- Mata, mensyukuri nikmat ini dengan tidak mempergunakannya untuk melihat hal-hal yang maksiat;
- Telinga, digunakan hanya untuk mendengarkan hal-hal yang baik dan tidak mempergunakannya untuk hal-hal yang tidak boleh didengar;
- Lidah, dengan banyak mengucapkan zikir, mengucapkan puji-pujian kepada Allah SWT, dan mengungkapkan nikmat-nikmat yang diberikan Tuhan sesuai dengan firman Allah SWT dalam surah ad-Duha ayat 11 yang bermaksud ” Dan terhadap nikmat Tuhanmu maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur)” ;
- Tangan, digunakan untuk melakukan kebaikan-kebaikan terutama untuk diri sendiri, mahupun untuk orang lain, dan tidak mempergunakannya untuk melakukan hal-hal yang haram;
- Perut, dipakai hanya untuk memakan makanan yang halal/baik dan tidak berlebih-lebihan (mubazir). Makanan itu dimakan sekadar untuk menguatkan tubuh terutama untuk beribadat kepada Allah SWT;
- Kemaluan (seksual), untuk dipergunakan di jalan yang diridai Allah SWT (hanya bagi suami istri) dan disertai niat memelihara diri dari perbuatan yang haram;
- Kaki, digunakan untuk berjalan ke tempat-tempat yang baik, seperti ke masjid, naik haji ke Baitullah (Ka’bah), mencari rezeki yang halal, dan menolong sesama umat manusia.
Di samping hal-hal tersebut, syukur
kepada Allah SWT dilakukan pula dalam bentuk sujud syukur setelah seseorang
mendapat nikmat dalam bentuk apa sahaja, mahupun kerana lulus dari musibah dan
bencana. Sujud ini hanya dilakukan sekali dan di luar sembahyang. Dalam sebuah
hadis riwayat Abu Dawud disebutkan: ” Apabila Nabi Muhammad SWT memperolehi
sesuatu yang menggembirakan, baginda tunduk bersujud kerana Allah SWT.”
Bersyukur kepada Allah SWT atas
nikmat yang diberikan-Nya merupakan kewajiban manusia, baik dilihat dari sudut
fitrahnya, mahupun berdasarkan nas syarak atau hukum Islam (Al-Qur’an dan
hadis). Manfaat yang diperolehi dari tindakan bersyukur itu sebenarnya
dirasakan oleh manusia yang bersangkutan, antara lain untuk mengekalkan nikmat
yang ada dan menambahkan nikmat lain yang berlimpah luah. Sebagaimana Allah SWT
berfirman dalam surah ibrahim ayat 7 yang bermaksud “….Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, pasti Kami akan menambahkan (nikmat) kepadamu dan jika kamu ingkari
(nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” Maksudnya, apabila orang
bersyukur atas nikmat Allah SWT, maka akan diberikan-Nya tambahan nikmat.
Sebaliknya, orang yang tidak mahu bersyukur (kufur nikmat) akan mendapat siksa
yang pedih.
Hendaknya, setiap manusia
tidak melihat kesenangan orang lain yang telah dikurniakan-Nya dalam segala
macam kenikmatan dengan pandangan irihati dan kagum, kerana itu akan
menyebabkan manusia tersebut menghina nikmat Allah yang diterimanya serta
memperkecilkan kurnia itu. Sepatutnya manusia tidak terlalai untuk mensyukuri
nikmat Allah terhadapnya. Hal ini mungkin menyebabkan nikmat-nikmat itu dicabut
oleh Allah SWT serta dipindahkan dari dirinya. Itulah semua adalah timbul dari
sikap tidak bersyukur terhadap nikmat dan tiada mengapa adab dan tertib kepada
Tuhannya.
Sebaiknya, hendaklah manusia redha
terhadap bahagian yang telah ditentukan Allah bagi dirinya, serta tidak lupa
mensyukuri segala nikmat-nikmat yang dikurniakan untuknya. Sesudah itu,
pohonlah tambahan dari kurnia-kurnia Tuhan itu sebanyak yang perlu, kerana
perbendaharaan langgit dan bumi itu adalah dalam genggaman Allah SWT, dan
segala rezeki sesuatu ada di dalam tangan-Nya, Dia menggerakkan setiap sesuatu
menurut kehendak-Nya sendiri, sedangkan Dia berkuasa atas segala sesuatu.
Mudah-mudahan menjadi renungan kita bersama dalam mensyukuri segala kurnia-Nya dan
menjadikan kita termasuk golongan manusia yang bersyukur atas rezeki dan
kelebihan yang dianugerahkan ke atasnya,amin rabbal-alamin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar